Masyarakat
Indonesia banyak yang mencoba mengadopsi budaya barat dengan hanya meletakkan
tisu sebagai alat basuh di dalam toilet. Tisu yang dipakai untuk membasuh
setelah buang air besar di Amerika berbeda dengan tisu yang dipakai di toilet
Indonesia pada umumnya. Mereka menggunakan tisu yang telah diberi antiseptik
sehingga tetap bersih walaupun tidak menggunakan air, antiseptik pada tisu bisa
membunuh kuman dan bakteri. Ternyata kebiasaan cebok dengan menggunakan tisu
dapat memberikan pengaruh buruk bagi lingkungan. Sebuah
artikel yang diterbitkan dalam majalah Tissue World edisi Juni-Juli 2010 lalu,
menyatakan bahwa menggunakan air ternyata lebih baik dari pada tisu. Penulis
artikel ini yang juga adalah seorang aktivis lingkungan hidup Amerika, Noelle
Robbins, dalam tulisannya yang berjudul “Cleaning with Water, A Better Alternative
Flushing Forest”, menyebutkan bahwa gaya hidup orang Amerika yang selalu
menggunakan tisu menyebabkan kerusakan parah pada ekosistem hutan dunia.
Berdasarkan hasil sebuah riset, 54 juta batang pohon ditebang untuk memproduksi
3,2 juta ton tisu toilet. Fakta ini membuat Noelle ingin merubah cara hidup
masyarakat Amerika dalam menggunakan tisu toilet. Ia juga menegaskan bahwa cara
cebok orang Asia malah lebih ramah lingkungan. Pendapat yang ia ungkapkan
berdasarkan sebuah fakta bahwa proses pembuatan setiap rol tisu membutuhkan
sebanyak 140 liter air atau 37 galon. Setiap hari orang Amerika menghabiskan 57
lembar tisu toilet yang sama dengan 3,7 galon perhari. Hal ini kemudian
dibandingkan dengan kebiasaan cebok orang asia yang menggunakan air. Sekali cebok
biasanya hanya membutuhkan 0,03 galon air saja. Jumlah ini tentu saja jauh bila
dibandingkan dengan proses pembuatan tisu toilet. Tidak disangka, penggunaan
tisu yang seringkali diremehkan ternyata memiliki dampak yang besar terhadap
lingkungan. Pilih mana, cebok dengan tisu atau air? blank Air vs Tissu Toilet,
Pakai yang Mana? hayoooo !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar